MT-AgronomyKoleksi Tesis Agronomihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/719812024-03-29T11:56:43Z2024-03-29T11:56:43ZDeteksi Keragaman Genetik Pada Varietas Padi Aromatik Tahan Cekaman Kekeringan Menggunakan Penanda Molekuler ISSR (Inter Simple Sequence Repeat)KADIYASARI, Ika Fitrihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/1193392023-12-28T07:14:26Z2023-07-04T00:00:00ZDeteksi Keragaman Genetik Pada Varietas Padi Aromatik Tahan Cekaman Kekeringan Menggunakan Penanda Molekuler ISSR (Inter Simple Sequence Repeat)
KADIYASARI, Ika Fitri
Padi aromatik memiliki kandungan senyawa 2-asetil-1-pirolin (2AP) yang menjadikan permintaan beras aromatik terus meningkat setiap tahunnya. Namun, pengembangan varietas padi aromatik terhalang oleh cekaman kekeringan yang berdampak secara morfologis maupun molekuler. Identifikasi keragaman genetik pada 23 varietas padi aromatik dilakukan dengan memanfaatkan penanda molekuler ISSR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi keragaman genetik 23 varietas padi aromatik yang telah diberi perlakuan cekaman kekeringan menggunakan PEG 6000 20%. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Center for Development of Advance Science and Technology (CDAST) Universitas Jember sejak bulan Maret 2023 sampai Mei 2023. Metode menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu kontrol (PEG 0%) dan perlakuan cekaman kekeringan (PEG 20%) yang diulang sebanyak 3 kali. Variabel pengamatan yang diamati antara lain tinggi tanaman, panjang akar, kandungan klorofil total dan karakter molekuler. Data morfologi yang diperoleh dianalisis menggunakan Standard Error of Mean (SEM), sedangkan data karakter molekuler dianalisis dengan metode UPGMA (Unweght Pair Group method Arithmetic) fungsi SIMQUAL (Similarity Quantitative Jaccard’s Index). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan (PEG 20%) memberikan pengaruh terhadap penurunan tinggi tanaman, panjang akar dan kandungan klorofil total. Hasil pengamatan molekuler berdasarkan pola pita DNA menunjukkan bahwa adanya perbedaan keragaman genetik antara kedua perlakuan. Dendogram pada penelitian ini menunjukkan bahwa penanda molekuler ISSR tidak mampu mengelompokkan antara varietas padi yang memiliki sifat toleran maupun rentan terhadap cekaman kekeringan
validasi_repo_firli_november_2023_14 - Finalisasi by teddy
2023-07-04T00:00:00ZInduksi dan Kultur Suspensi Friable Embryogenic Callus Ubi Kayu (Manihot esculenta) Menggunakan Kultivar Lokal dan Jenis Auksin yang BerbedaSIMAMORA, Endah Cahyanihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/1192542023-12-21T03:57:48Z2023-07-28T00:00:00ZInduksi dan Kultur Suspensi Friable Embryogenic Callus Ubi Kayu (Manihot esculenta) Menggunakan Kultivar Lokal dan Jenis Auksin yang Berbeda
SIMAMORA, Endah Cahyani
Cassava has become one of the prioritized commodities for development by the government and is a relatively easy crop to cultivate. However, there are several challenges in generating embryogenic callus, such as the genotypes of the plants and the exploration of methods and protocols for FEC induction from various cassava cultivars. The research was conducted at the Laboratory of Ecophysiology and Tissue Culture, Faculty of Agriculture, from November 2022 to June 2023. The study involved started from in vitro culture multiplication of cassava plants, callus induction from swollen structures formed by the development of auxiliary buds, followed by FEC induction from several cultivars, namely Kaspro (V1), Ketan (V2), and Kuning (V3) on GD media. This was followed by proliferation in suspension culture with the application of auxin plant growth regulators (PGR), namely picloram at 12 mg/L (P1), 20 mg/L (P2), and 2,4-D at 12 mg/L (P3). The results of the study showed that the callus response of local cultivars resulted in FEC with similar proliferation capabilities, as observed through variables such as suspension volume, fresh weight, and cell viability because of FEC was selected on solid medium before suspension. The level of callus proliferation with different types of auxin showed differences in the growth of FEC suspension based on the increase in fresh weight, with P1 treatment resulting in an average fresh weight of 1.19 grams. The callus response indicated there was interaction between the use of different cultivar types when applied simultaneously with different types of auxin, resulting in the highest fresh weight in the V2P1 treatment, which was 0.64 grams.
2023-07-28T00:00:00ZPerbedaan Konsentrasi Asam Salisilat Terhadap Kandungan Senyawa Fenolik dan Antosianin pada Kalus Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)AMIRAH, Ku Nadhilahttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/1177352023-08-26T01:16:43Z2023-03-06T00:00:00ZPerbedaan Konsentrasi Asam Salisilat Terhadap Kandungan Senyawa Fenolik dan Antosianin pada Kalus Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)
AMIRAH, Ku Nadhila
Jahe Merah dapat menghasilkan senyawa fenolik dan antosianin yang bermanfaat bagi kesehatan. Kultur jaringan dapat memproduksi senyawa fenolik dan antosianin pada tingkat sel kalus. Penambahan asam salisilat bertindak sebagai elisitor yang dapat meningkatkan senyawa fenolik dan antosianin pada sel tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kalus jahe merah dengan kandungan senyawa fenolik dan antosianin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan asam salisilat memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul warna merah pada kalus, kandungan antosianin, kandungan total fenolik, dan aktivitas antioksidan. Sedangkan pada variabel pengamatan berat kalus menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Perlakuan asam salisilat 25 mg/L merupakan perlakuan terbaik dengan kandungan antosianin, kandungan total fenolik, dan aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Finalisasi oleh Taufik Tgl 26 Agustus 2023
2023-03-06T00:00:00ZSimulasi Model Aqua Crop untuk Analisis Pengelolaan Air dalam Kondisi Irigasi Penuh dan Defisit pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.)SUANDANA, Febery Hery Suandanahttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/1169992023-06-19T22:36:33Z2023-01-30T00:00:00ZSimulasi Model Aqua Crop untuk Analisis Pengelolaan Air dalam Kondisi Irigasi Penuh dan Defisit pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.)
SUANDANA, Febery Hery Suandana
Ketersediaan air selama masa tanam mencerminkan potensi produksi di
akhir masa tanam. Pemantauan ketersediaan air penting dilakukan untuk
mengoptimalkan potensi produksi pada kacang tanah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh air irigasi pada tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea (L.) Merr.) dalam kondisi irigasi penuh dan defisit antara aktual dan
simulasi AquaCrop menggunakan lysimeter. Lysimeter memiliki sifat kedap air,
berfungsi untuk mengukur evapotranspirasi dan mengatur jumlah air irigasi agar
sesuai dengan perlakuan.
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Jember menggunakan 4 lysimeter berukuran panjang 150 cm, lebar 50 cm dan
dalam 50 cm. Setiap lysimeter berisi 14 tanaman kacang tanah varietas Takar 2
dengan irigasi masing-masing 60%, 80%, 100% dan irigasi standar. Data
meteorologi selama masa tanam dari Automatic Wheather Station (AWS)
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember digunakan
sebagai input dalam menjalankan simulasi AquaCrop. Parameter yang diamati
adalah tutupan tajuk, Evapotranspirasi tanaman (ETc), biomassa tanaman dan
berat kering polong aktual dan simulasi.
Kalibrasi dilakukan agar pegukuran simulasi akurat dan konsisten dengan
hasil aktual. Analisis data dilakukan menggunakan Root Mean Square Error
(RMSE), Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) dan Koefisien determinasi (R2). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat keakuratan simulasi model AquaCrop
dalam memodelkan pertumbuhan tutupan tajuk tanaman kacang tanah pada
masing-masing perlakuan irigasi berkisar antara 83,26% sampai 90,38%, RMSE
berkisar antara 4,84% sampai 7,16%, NSE berkisar antara 0,96 sampai 0,98 dan
koefisien determinasi berkisar antara 0,97 sampai 0,99.Akurasi simulasi model AquaCrop dalam memodelkan evapotranspirasi
tanaman (ETc) kacang tanah pada masing-masing perlakuan irigasi berkisar antara
50,41% sampai 74,67%, RMSE berkisar antara 0,69 mm/hari sampai 1,39
mm/hari, NSE berkisar antara -5,16 sampai 0,42 dan koefisien determinasi
berkisar antara 0,90 sampai 0,97. Tingkat keakuratan simulasi model AquaCrop
dalam memodelkan biomassa tanaman kacang tanah pada masing-masing
perlakuan irigasi berkisar antara 74,26% sampai 90,44%, RMSE berkisar antara
0,55 ton/ha sampai 1,35 ton/ha, NSE berkisar antara -5,75 sampai -0,62 dan
koefisien determinasi berkisar antara 0,44 sampai 0,57.
Akurasi simulasi model AquaCrop dalam memodelkan berat kering polong
kacang tanah pada masing-masing perlakuan irigasi berkisar antara 80,15%
sampai 94,95%, RMSE berkisar antara 1,29 ton/ha sampai 2,67 ton/ha, NSE
berkisar antara -6,25 sampai -0,03 dan koefisien determinasi berkisar antara 0,45
sampai 0,55. Simulasi model AquaCrop menunjukkan kemampuan yang sangat
baik dalam memodelkan tutupan tajuk dan menunjukkan kemampuan yang
memuaskan dalam memodelkan evapotranspirasi tanaman, biomassa tanaman dan
berat kering polong pada semua perlakuan irigasi
Finalisasi repositori 20 Juni 2023_Kurnadi
2023-01-30T00:00:00Z